Sunday, November 8, 2015

material gedung bertingkat : ciwalk

Dalam pencarian tempat yang tepat untuk melaksanakan pengambilan foto gedung yang ingin di deskripsikan saya berkunjung ke beberapa tempat. Tempat yang saya kunjungi adalah gedung labtek 6 ITB, gedung labtek X B ITB dan gedung gedung lain yang ada di ITB. namun, karena saya terlalu sering melihat gedung-gedung tersebut membuat saya tidak ada perasaan lebih akan gedung-gedung tersebut. akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke gedung Mall Cihampelas Walk.

pada saat itu, hari sedang hujan dan menjelang malam. Saya bersama teman saya menuju ciwalk dan berfoto di depan gedung mall itu. karena hari sudah menjelang malam maka foto yang diambil agak gelap. Wajah saya tidak terlihat disana hanya siuet tubuh saya yang tampak. Berikut gambar- gambar gedung ciwalk dari depan :

Gedung Cihampelas Walk

Gedung Cihampelas Walk dan saya

Setelah saya berfoto, saya melakukan identifikasi terhadap bahan-bahan yang digunakan untuk membuat bangunan tersebut. hasil identifikasi yang saya lakukan  didapatkan bahwa kurang lebih proporsi material yang dipakai adalah :
  • Beton 75%
  • Besi tulangan 15%
  • kaca 5%
  • fiber glass 5%
Dalam identifikasi bahan bahan yang digunakan untuk membuat gedung cihampelas walk ini saya tertarik kepada dua bahan yaitu fiber glass dan besi tulangan beton.

FIBER GLASS

Secara teori, fiberglass itu kalo di bahasa ilmiahnya jarang ditemui, yang dimaskud fiber/serat adalah penguatnya saja, yang termasuk dalam hal ini juga carbon fiber, atau aramid, Jadi barang jadinya namanya glass fiber reinforment plastic (GFRP), atau CFRP. Dan itu memang yang di gunakan sebagai bodi atau frame pada sebuah kapal atau bisa juga untuk kendaraan,alat – alat rumah tangga seperti tangki air dan sebagainya.

Jadi yang liquid itu plastiknya (matrik), ratusan jenisnya, cuman yang biasa dipakai adalah Epoxy resin, biasanya orang menyebutnya resin saja. Resin ini belum berupa polymer jadi harus dijadikan polymer biasanya dicampur apa yang disebut sebagai katalis/hardener (keduanya terjual terpisah). Hardener ini yang akan membantu resin menjadi polimer dan menjadi keras. untuk memperkuatnya ditambahkan fiber( woven roving/mat) didalam adonan resin +hardener = jadilah apa yang bisanya disebur fiberglass meskipun lebih tepatnya GFRP tadi.

karena mengandalkan reaksi saja maka tidak memerlukan material yang aneh (tahan temperature) saat mencetak, makanya cetakannnya (mold) bisa apa ajah pada dasarnya bisa juga kayu atau plat, tapi klo untuk cetakan membikin kapal sebaiknya digunakan dari kayu dengan teriplex disamping 
pleksible bahannya murah serta mudah didapat.

Bahan Bahan Pembuat Fiber Glass

Resin
Resin adalah bahan kimia yang berbentuk cair, menyerupai minyak goreng, tetapi agak kental. Jenis resin bermacam-macam. Untuk bahan aksesoris fiberglass, umumnya menggunakan resin bening atau resin butek. Resin bening, biasanya digunakan untuk bentuk yang menonjolkan kebeningannya, seperti untuk aksesoris visor, kap lampu dll sebagai pengganti mika, namun penggunaan resin bening yang ada dipasaran untuk pengganti mika, masih belum menghasilkan kualitas yang memuaskan. Sedangkan resin jenis butek lebih banyak digunakan untuk pembuatan aksesoris, disamping harganya murah, resin ini dapat dengan mudah dibeli di toko-toko kimia.

Katalis
Cairan ini bisa dibilang pendamping setia resin, cairan ini biasanya berwarna bening dan berbau agak sengak. Cairan ini berfungsi untuk mempercepat proses pengerasan adonan fiber, semakin banyak katalis maka akan semakin cepat adonan mengeras tetapi hasilnya kurang bagus. Cairan ini jika mengenai kulit akan terasa panas, seperti cairan air zuur.

Kalsium Karbonat
Bahan berbentuk bubuk putih yang menyerupai terigu ini berfungsi sebagai pengental adonan fiberglass utama (resin, katalis dll). Semakin banyak campuran Kalsium Karbonat pada adonan, maka hasil fiberglass akan menjadi lebih tebal dan berat. Bahan ini dapat diganti dengan Talc, tetapi warna Talc agak lebih gelap. Tetapi saya belum menemukan perbedaan yang signifikan penggunaan Talc & Kalsium Karbonat.

Met/Matt
Met merupakan bahan serat kaca. Bahan ini berfungsi sebagai serat penguat dari adonan fiberglass ketika akan dicetak, agar hasilnya menjadi lebih kuat dan tidak mudah pecah. Bentuk met bermacam-macam, ada yang mirip bihun, kain, karung dan sarang lebah. Tetapi yang banyak dijumpai dipasaran adalah yang berbentuk seperti bihun.

Kobalt (Cobalt Blue)
Kobalt adalah bahan kimia yang berbentuk cair, berwarna biru mirip tinta dan mempunyai aroma tidak sedap. Cairan ini digunakan untuk tambahan campuran adonan resin & katalis, agar adonan lebih merekat pada met dan mempercepat pengerasan adonan fiber. Terlalu banyak menambahkan Kobalt dapat mengakibatkan hasil fiber yang getas (rapuh).

Wax (Mold Release)
Bahan ini sepintas mirip mentega/keju ketika masih di dalam wadahnya. Berfungsi sebagai pelicin pada tahap pencetakan yang menggunakan mal/molding, agar antara molding dengan hasil cetakan tidak saling merekat, sehingga dengan mudah dapat dilepaskan.

Cara pembuatan 
Bahan : 
  1. Mett (type 455 atau 450 ) 
  2. Ressin (Yukalac 1560) 
  3. Catalis 
  4. Cobal N 103 


Peralatan : 
  1. Kuas 4” 
  2. Roll Fiber 
  3. Secrap 
  4. Plastik film ( 0.15 mm) 


Perabandingan Campuran : 
Untuk 1 m2 dengan tebal 0.3 mm, membutuhkan bahan-bahan sebagai berikut 
  1. Mett = 0.48 kg 
  2. Ressin = 1.59 kg 
  3. Catalis = 0.01 lt 
  4. Cobal = 0.25 kg 

Bahan-bahan tersebut diatas dapat dibeli ditoko kimia. 

Cara Pembuatan : 
  1. Ressin,Catalis,cobal, dicampur sesuai dengan takaran.
  2. Gelar plastic film sebagai alas diletakan diatas permukaan yang rata, lebar dan panjang sesuai kebutuhan 
  3. diatas plastik letakan, mett (serat fiber) 
  4. Kwaskan campuran No.1 diatas serat fiber, sambil ditekan-tekan agar serat fiber menyatu dengan campuran No.1 (tanda sudah menyatu serat fiber sudah tidak kelihatan lagi). 
  5. Kemudian diatasnya letakan kembali plastik film. 
  6. Setalah itu di roll dengan roll fiber, bila sudah benar-benar menyatu , diratakan denganmenggunakan secrap (buat secrap permukaannya rata, dengan bahan dari papan tebal 0.5 cm atau gunakan secrap untuk sablon), sampai gelembung udara benar-benar tidak ada. 
  7. Letakan diatas permukaan seng ( sebagai cetakan), diatasnya letakan kembali Seng dan ditekan dengan alat pemberat. 


Setalah proses No.1 s/d No.7 selesai tunggu selama 1 jam. Kemudian anggkat seng dan lepaskan plastik film. Atap fiber sudah selesai , untuk pewarnaan, dapat ditambahkan pewarna untuk fiber.

Besi Tulangan

Proses Pembuatan Besi
Proses pembuatan besi dilakukan melalui dua tahap.
A. Peleburan Besi
Peleburan besi dilakukan dalam suatu alat yang disebut blast furnace (tungku sembur) dengan tinggi 40 m dan lebar 14 m dan terbuat dari batu bata yang tahan panas tinggi. Bahan yang dimasukkan dalam tanur ini ada tiga macam, yaitu bijih besi yang dikotori pasir (biasanya hematit), batu kapur (CaCO3) untuk mengikat kotoran (fluks), dan karbon (kokas) sebagai zat pereduksi.
Reaksi: 2 FeO3 + 3 C → 4 Fe + 3 CO2
Suhu reaksi sangat tinggi dan tekanan tanur sekitar 1 – 3 atm gauge, sehingga besi mencair dan disebut besi gubal (pig iron). Besi cair pada umumnya langsung diproses untuk membuat baja, tetapi sebagian ada juga yang dialirkan ke dalam cetakan untuk membuat besi tuang (cast iron) yang mengandung 3 – 4 % karbon dan sedikit pengotor lain, seperti Mn, Si, P. Besi yang mengandung karbon sangat rendah (0,005 – 0,2%) disebut besi tempa (wrought iron).
Batu kapur berfungsi sebagai fluks, yaitu untuk mengikat pengotor yang bersifat asam, seperti SiO2 membentuk terak. Reaksi pembentukan terak adalah sebagai berikut. Mula-mula batu kapur terurai membentuk kalsium oksida (CaO) dan karbon dioksida (CO2).
Reaksi: CaCO3(s) → CaO(s) + CO2(g)
Kalsium oksida kemudian bereaksi dengan pasir membentuk kalsium silikat, komponen utama dalam
terak. Reaksi: CaO(s) + SiO2(s) → CaSiO3(l)
Terak ini mengapung di atas besi cair dan harus dikeluarkan dalam selang waktu tertentu.

B. Peleburan Ulang Besi-Baja

Proses pembuatan baja dibagi menjadi beberapa tahap sebagi berikut.
  1. Menurunkan kadar karbon dalam besi gubal dari 3 – 4% menjadi 0 – 1,5%,yaitu dengan mengoksidasikannya dengan oksigen.
  2. Membuang Si, Mn, dan P serta pengotor lain melalui pembentukan terak.
  3. Menambahkan logam aliase, seperti Cr, Ni, Mn, V, Mo, dan W sesuai dengan jenis baja yang diinginkan. 
Teknologi pengolahan besi gubal (pig iron) menjadi baja secara murah dan cepat diperkenalkan oleh Henry Bessemer (1856), tetapi sekarang sudah tidak digunakan lagi. William Siemens tahun 1860 mengembangkan tungku terbuka (open herth furnace), dan sekarang tungku yang banyak digunakan adalah tungku oksigen.
Berbagai jenis zat ditambahkan pada pengolahan baja yang berguna sebagai “scavangers” (pengikat pengotor), terutama untuk mengikat oksigen dan nitrogen. Scavangers yang terpenting adalah aluminium, ferosilikon, feromangan, dan ferotitan. Zat tersebut bereaksi dengan nitrogen atau oksigen yang terlarut membentuk oksida yang kemudian terpisah ke dalam terak.
Baja dapat digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu:
  1. Baja karbon, terdiri atas besi dan karbon.
  2. Baja tahan karat (stainless stell), mempunyai kadar karbon yang rendah dan mengandung sekitar 14% kromium.
  3. Baja aliase, yaitu baja spesial yang mengandung unsur tertentu sesuai dangan sifat yang diinginkan.
Untuk mencegah perkaratan pada baja dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
  1. Menambahkan logam lain.
  2. Menggunakan lapisan pelindung.
  3. Menggunakan logam yang dapat dikorbankan.
  4. Melindungi secara katodik.



sumber : 
- http://smpsma.com/proses-pembuatan-besi-dan-kegunaan-besi.html
- http://mitragunasejahtera.blogspot.co.id/2012/04/cara-pembuatan-besi.html
- http://www.struktur-rumah.com/2008/06/cara-membuat-atap-fiber.html

Jenis-Jenis Beton dalam Konstruksi

Dalam konstruksibeton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi aggregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen Portland, yang terdiri dari agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen dan air.

Ada bermacam-macam jenis beton antara lain :

1. Beton siklop
Beton jenis ini sama dengan beton normal biasa , perbedaannya ialah pada beton ini digunakan ukuran agregat yang relative besar2.beton ini digunakan pada pembuatan bendungan, pangkal jembatan,dan sebagainnya.ukuran agregat kasar dapat sampai 20 cm,namun proporsi agregat yang lebih besar dari biasanya ini sebaiknya tidak lebih dari 20 persen dari agregat seluruhnya.

2. Beton Ringan
Beton jenis ini sama dengan beton biasa perbedaannya hanya agregat kasarnya diganti dengan agregat ringan. Selain itu dapat pula dengan beton biasa yang diberi bahan tambah yang mampu membentuk gelembung udara waktu pengadukanbeton berlangsung.beton semacam ini mempunyai banyk pori sehingga berat jenisnya lebih rendah daripada beton biasa.

3. Beton non pasir
Beton jenis ini dibuat tanpa pasir , jadi hanya air,semen, dan kerikil saja.karena tanpa pasir maka rongga rongga kerikil tidak terisi. Sehingga beton berongga dan berat jenisnya lebih rendah daripada beton biasa. Selain itu Karena tanpa pasir maka tidak dibutuhkan pasta2 untuk menyelimuti butir2 pasir sehingga kebtuhan semen relative lebih sedikit.

4. Beton hampa
Seperti yang telah diketahui bahwa kira2 separuh air yag dicampurkan saja yang bereaksi dengan semen,adapun separuh sisanya digunakan untuk mengencerkan adukan.beton jenis ini diaduk dan dituang serta dipadatkan sebagaimana beton biasa,namun setelah beton tercetak padat kemudian air sisa reaksi disedot dengan cara khusus. Seperti cara vakum. Dengan demikian air yang tertinggal hanya air yang digunakan untuk reaksi dengan semen,sehingga beton yang diperoleh sangat kuat.

5. Beton bertulang
Beton biasa sangat lemah dengan gaya tarik, namun sangat kuat dengan gaya tekan, batang baja dapat dimasukkan pada bagian beton yang tertarik untuk membantu beton. Beto yang dimasuki batang baja pada bagian tariknya ini disebut beton bertulang.

6. Beton prategang
Jenis beton ini sama dengan beton bertulang, perbedaannya adalah batangnya baja yang dimasukkan ke dalam beton ditegangkan dahulu . batang baja ini tetap mempunyai tegangan sampai beton yang dituang mengeras.bagian balok beton ini walaupun menahan lenturan tidak akan terjadi retak.

7. Beton pracetak
Beton biasa dicetak /dituang di tempat.namun dapat pula dicetak di tempat lain,fungsinya di cetak di tempat lain agar memperoleh mutu yang lebih baik.selain itu dipakai jika tempat pembuatan beton sangat terbatas.sehingga sulit menyediakan tempat percetakanperawatan betonnya.

8. Beton massa
Beton yang dituang dalam volume besar yaitu perbandingan antara volume dan permukaannya besar. Bila dimensinya lebih besar dari 60 sm. Pondasi besar,pilar, bendungan. Harus diperhatikan perbedaan temeratur.

9. Fero semen
Suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan cara memberikan ortar semen suatu tulangan yang berupa suatu anyaman kawat baja.

10. Beton serat
Beton komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat. Serat berupa batang2 5 sd 500mm,panjang 25-100mm.serat asbatos,tumbuh2an , serat plastic, kawat baja.

11. Lain-Lain
Beton mutu tinggi,polimer beton,beton modifikasi blok,polimer impregnated concrete,beton kinerja tinggi, dll.

SIFAT BAJA

Sifat baja
Baja mempunyai sejumlah sifat yang membuatnya menjadi baqhan bangunan yang sangat berharga. Beberapa sifat baja yang penting adalah: kekuatan, kelenturan, kealotan, kekerasan dan ketaqhan terhadap korosi.

1. kekuatan
baja mempunyai daya tarik,lengkung, dan tekan yang sangat besar. Pada setiap partai baja, pabrikan baja menandai beberapa besar daya kekuatan baja itu. Pabrikan baja misalnya, memasukan satu partai baja batangan dan mencatumkan pada baja itu Fe 360. di sini Fe menunjukan bahwa partai itu menunjukkan daya kekuatan (minimum) tarikan atau daya tarik baja itu. Yang dimaksud dengan istilah tersebut adalah gaya tarik N yang dapat dilakukan baja bergaris tengah 1 mm2 sebelum baja itu menjadi patah. Dalam hal ini daya tarik itu adalah 360 N/mm2. dahulu kita mencantumkan daya tarik baja itu Fe 37,  karena daya tariknya adalah 37 kgf/mm2. karna smengandung sedikit kadar karbon, maka semua jenis baja mempunyai daya tarik yang kuat. Oleh karna daya tarik baja yang kuat maka baja dapat menahan berbagai tegangan, seperti tegangan lentur.

2. Kelenturan
Baja bukan saja kuat tetapi juga lentur

3. Kealotan
Pada umumnya baja bersifat sangat a lot,sehingga tidak cepat patah

4. Kekerasan
Baja itu sangat keras sekali sehingga sebagai bahan konstruksi, baja mungkin saja untuk digunakan berbagai tujuan. Apabila untuk produk-produk baja tertentu ada suatu keharusan,maka bisa saja baja itu, dengan cara dipanaskan,dibuat luar biasa kerasnya.

5. ketahanan terhadap korosi
Tanpa perlindungan, baja sangat cepat berkarat. Untung saja baja diberikan perlindungan yang sangat efektif dengan berbagai cara.

5.1 perawatan dengan panas
Kekerasan yang lebih besar adalah sangat penting untuk benda-benda tertentu  yang dibuat dari baja. Yang dimaksud dari kekerasan suatu bahan adalah ketahananannya terhadap bisa atau tidak dimasuki oleh bahan lain. Untuk dapat mencapai kekerasan yang tinggi, maka diperlukan sistim perawatan dengan panas khusus yang disebut ‘pengerasan’ . sebuah benda baru dapat dikuatkan sesudah benda itu diproduksikan. Ada beberapa cara untuk mengeraskan:
  • mengeraskan secara mendalam:Benda dari baja baik bagian luar maupun bagian dalam dibuat menjadi sangat keras.
  • mengeraskan permukaan :Hanya bagian luar saja yang keras sedangkan bagian intinya tidak.


5.2 Pengerasan yang mendalam
Pada pengerasan mendalam, benda yang sudah terbentuk, dipanaskan dengan temperature yang cukup tinggi. Kemudian dengan cepat didinginkan; tindakan ini disebut ‘mengejutkan’baja. Pendinginan ini bisa dilakukan di dalam air,minyak atau udara. Benda itu menjadi keras bukan hanya bagian luar saja, tetapi juga intinya menjadi keras benar. Dengan cara ini baja baja menjadi cepat rapuh; berarti baja itu dapat cepat patah. Kita semua paham betapa mudah patahnya ulir mata bor dari baja yang berukuran kecil.

5.3 Pengerasan permukaan
Untuk peralatan-peralatan tertentu hanya bagian luarnya saja yang harus dikeraskan. Untuk dapat menerima tekanan yang besar, inti benda ini harus tetep lentur. Hal ini dapat dicapai dengan hanya mengeraskan bagian permukaan dari benda tersebut. Pengerasan permukaan dipakai pada poros engkol (crankshaft), kopling akar,cacing,roda cacing, dan gigi cacing.

5.4 Tempering
Tempering adalah memanaskan baja yang sudah diperkeras dengan temperature yang cukup rendah (180oC), diikuti dengan pendinginan secara perlahan-lahan. Tempering dilakukan dengan tujuan memberikan struktur yang lebih merata pada bahan itu. Lewat proses ini maka baja yang telah diperkeraskan tadi hanya sedikit saja yang diperlunak, tetapi baja itu menjadi tidak begitu rapuh. Karena tempering, produk tersebut menjadi terhindar dari perubahan bentuk (pertambahan isi) sebagai kibat proses pengerasan. Hal ini, terutama ukuran akhir dan semacamnya sangat penting untuk alat pengukur yang tepat seperti caliber.

6.Meningkatkan mutu
Meningkatkan mutu adalah suatu proses  di mana baja pertama-tama dikreskan dahulu, kemudian di tempering dengan suhu yang tinggi. Apabila baja yang diperkeras itu dipanaskan lebih lama dan pada suhu yang lebih tinggi (300 sampai 650oC) dari tempering pada umumnya, maka struktur bahan itu makin merata. Sejalan dengan pertambahan masa pemanasan dan peninggian suhu, kekerasan baja itu menjadi berkurang, akan tetapi kealotan, kemudahan untuk digarap dan terutama ketahanan terhadap benturan menjadi lebih besar. Dengan meningkatkan mutu baja, maka sifat-sifat baja itubisa disesuaikan dengan tujuan penggunaannya. Baja dengan mutu yang sudah ditingkatkan biasanya dipakai untuk asesories mesin yang dikenai beban berganti-ganti, misalnya per(spring).

7.Cara merawatan permukaan baja

Baja tahan karat tidak memerlukan perlindungan. Semua jenis baja lain jika bersentuhan dengan udara pasti menjadi rapuh (baja itu ‘berkorosi’).
Untuk mencegah terjadinya korosi tersebut, baja harus diberi pelindung. Kalau tidak dilakukan maka lambat laun baja itu akan berkarat dan malah bisa habis sama sekali. Terutama produk baja gilingan – sesudah penghilangan scale – harus dilapisi dengan lapisan karat. Orang (pengguna) dapat melakukan sendiri dengan cara mengolesi produk baja gilingan dengan gemuk, dengan mengecat, atau melapisi produk tersebut.

Bisa juga bahwa pihak pabrik sudah memberikan lapisan pelindung pada produk tersebut. Peralatan rumah tangga biasanya dilapisi dengan email.
Dalam hal ini produk baja tersebut diberi lapisan mengkilap (email).
Metode yang digunakan unutk melindungi suatu benda dari korosi adalah melapisi benda tersebut dengan logam lain yang tidak akan berkarat yang paling banyak dipakai untuk tujuan tersebut adalah
  • Seng (disepuh dengan seng)
  • Timah (isepuh dengan timah)
  • Kromium (disepuh dengan kromium)
  • Alumunium (terutama untuk menghindari korosi pada temperaturtinggi)
  • Melapisi baja dengan aspal

Pipa baja peka terhadap korosi dan pembentukan karat. Korosi dapat terjadi baik di bagian luar maupun bagian dalam dari pipa. Untuk melawan korosi bagian luar antara lain digunakan lapisan aspal pada kedua sisi las tinggi kira-kira 150mm tanpa lapisan. Tetapi bagian ini sudah sudah ada lapisan zat perekat dari primer  sebagai lapisan digunakan gulungan aspal yang diperkuat dengan bahan sintetis. Rol aspal ini dapat digulung pada pipa dengan mesin gulung tangan.

sumber : https://bongez.wordpress.com/2010/05/19/sifat-baja/

Jenis-Jenis Semen

Sesuai dengan kebutuhan pemakai, maka para pengusaha industri semen berusaha untuk memenuhinya dengan berbagai penelitian, sehingga ditemukan berbagai jenis semen. Jenis-Jenis Semen tersebut adalah :
  1. Semen Portland
  2. Water proofed cement
  3. Semen Putih
  4. High Alumina Cement
  5. Semen Anti Bakteri
  6. Oil Well Cement (OWC)
  7. Semen Campur

1. Tipe I (Ordinary Portland Cement)
merupakan jenis semen hidrolis yang cocok dipergunakan secara luas untuk konstruksi umum berbagai macam aplikasi beton yang tidak memerlukan persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai pada tanah dan air yang mengandung sulfat 0,0% – 0,10% dan dapat digunakan antara lain untuk konstruksi bangunan perumahan, gedung-gedung bertingkat, jembatan, landasan pacu dan jalan raya dimana syarat-syarat khusus tidak diperlukan.






2. Tipe II (Moderate sulfat resistance)
merupakan jenis semen yang cocok dipergunakan untuk konstruksi bangunan dari beton massa yang memerlukan ketahanan sulfat (pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara 0,10% – 0,20%) dan panas hidrasi sedang. Semen jenis ini banyak digunakan di daerah-daerah yang berkadar sulfat sedang, antara lain daerah-daerah rawa, untuk bangunan-bangunan di pinggir laut / tepi pantai, saluran irigasi, bendungan, pondasi jembatan dan lain-lain.





3. Tipe III (High Early Strength)
merupakan jenis semen yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal yang tinggi setelah proses pengecoran dilakukan (pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi) dan memerlukan penyelesaian secepat mungkin. Misalnya digunakan untuk pembuatan jalan raya beton, bangunan tingkat tinggi, bangunan-bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat dan bandara udara.




4. Tipe IV (Low Heat Of Hydration)
merupakan jenis semen yang membutuhkan panas hidrasi yang rendah dalam penggunaannya, semen jenis ini biasanya digunakan pada konstruksi yang membutuhkan beton dalam skala besar. Dengan tujuan untuk panas hidrasi yang terjadi pada saat pengeringan diusahakan seminimal mungkin.







5. Tipe V (Sulfat Resistance Cement)
merupakan jenis semen yang cocok dipakai untuk berbagai macam aplikasi beton dimana diperlukan daya tahan yang baik terhadap kadar sulfat yang tinggi, seperti pada konstruksi bangunan-bangunan pada tanah/air yang mengandung sulfat melebihi 0,20% antara lain : instalasi pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan, pembangkit tenaga nuklir, digunakan di daerah-daerah yang berkadar sulfat tinggi, misal daerah-daerah rawa dengan tingkat keasaman tinggi, dermaga (bangunan-bangunan pantai), bendungan, pondasi jembatan, silo bahan-bahan kimia dan lain-lain.





6. WATER PROOFED CEMENT
Water proofed cement adalah campuran yang homogen antara semen Portland dengan “Water proofing agent”, dalam jumlah yang kecil seperti : Calcium, Aluminium, atau logam stearat lainnya.Semen ini banyak dipakai untuk konstruksi beton yang berfungsi menahan tekanan hidrostatis, misalnya tangki penyimpanan cairan kimia.

7. WHITE CEMENT (SEMEN PUTIH)
Semen putih dibuat umtuk tujuan dekoratif, bukan untuk tujuan konstruktif. Pembuatan semen ini membutuhkan persyaratan bahan baku dan proses pembuatan yang khusus, seperti misalnya bahan mentahnya mengandung oksida besi dan oksida manganese yang sangat rendah (dibawah 1 %).


8. HIGH ALUMINA CEMENT
High Alumina cement dapat menghasilkan beton dengan kecepatan pengersan yang cepat dan tahan terhadap serangan sulfat, asam akan tetapi tidak tahan terhadap serangan alkali. Semen tahan api juga dibuat dari High Alumina Cement, semen ini juga mempunyai kecepatan pengerasan awal yang lebih baik dari semen Portland tipe III. Bahan baku semen ini terbuat dari batu kapur dan bauxite, sedangkan penggunaannya adalah antara lain :
• Rafractory Concrette
• Heat resistance concrete
• Corrosion resistance concrete


9. SEMEN ANTI BAKTERI
Semen anti bakteri adalah campuran yang homogen antara semen Portland dengan “anti bacterial agent” seperti germicide. Bahan tersebut ditambahkan pada semen Portland untuk “Self Desinfectant” beton terhadap serangan bakteri dan jamur yang tumbuh. Sedangkan sifat-sifat kimia dan fisiknya hampir sama dengan semen Portland tipe I. Penggunaan semen anti bakteri antara lain :
• Kamar mandi
• Kolam-kolam
• Lantai industri makanan
• Keramik
• Bangunan dimana terdapat jamur pathogenic dan bakteri


10. OIL WELL CEMENT
Oil well cement adalah semen Portland semen yang dicampur dengan bahan retarder khusus seperti asam borat, casein, lignin, gula atau organic hidroxid acid. Fungsi dari retarder disini adalah untuk mengurangi kecepatan pengerasan semen, sehingga adukan dapat dipompakan kedalam sumur minyak atau gas. Pada kedalaman 1800 sampai dengan 4900 meter tekanan dan suhu didasar sumur minyak atau adalah tinggi. Karena pengentalan dan pengerasan semen itu dipercepat oleh kenaikan temperature dan tekanan, maka semen yang mengental dan mengeras secara normal tidak dapat digunakan pada pengeboran sumur yang dalam. Semen ini masih dibedakan lagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan API Spesification 10 1986, yaitu :
  • KELAS A Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830 meter, apabila sifat-sifat khusus tidak dipersyaratkan
  • KELAS B Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830 meter, apabila kondisi membutuhkan tahan terhadap sulfat sedang
  • KELAS C Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830 meter, apabila kondisi membutuhkan sifat kekuatan tekan awal yang tinggi
  • KELAS D Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830 sampai 3050 meter, dengan kondisi suhu dan tekanan yang sedang
  • KELAS E Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 3050 sampai 4270 meter, dengan kondisi suhu dan tekanan yang tinggi
  • KELAS F Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 3050 sampai 4880 meter, dengan kondisi suhu dan tekanan yang tinggi
  • KELAS G Digunakan untuk cementing mulai surface casing sampai dengan kedalaman 2440 meter, akan tetapi dengan penambahan accelerator atau retarder. Dapat digunakan untuk semua range pemakaian, mulai dari kelas A sampai kelas E






11. BLENDED CEMENT (SEMEN CAMPUR)
Semen campur dibuat karena dibutuhkannya sifat-sifat khusus yang tidak dimiliki oleh semen portland. Untuk mendapatkan sifat khusus tersebut diperlukan material lain sebagai pencampur.Jenis semen campur :
1. Portland Pozzolan Cement (PPC)
2. Portland Blast Furnace Slag Cement
3. Semen Mosonry
4. Semen Portland Campur (SPC)
5. Portland Composite Cement (PCC)


12. Semen Portland Pozzolan (SPP)/(PPC)
Semen Portland pozzolan (SPP) atau dikenal juga sebagai Portland Pozzolan Cement (PPC) adalah merupakan semen hidrolisis yang terdiri dari campuran yang homogen antara semen Portland dengan bahan pozzolan (Trass atau Fly Ash) halus, yang diproduksi dengan menggiling klinker semen Portland dan bahan pozzolan bersama-sama atau mencampur secara merata semen Portland dan bahan pozzolon atau gabungan antara menggiling dan mencampur.






13. Portland Blast Furnace Slag Cement

Portland Blast Furnace Slag Cement adalah semen Portland yang dicampur dengan kerak dapur tinggi secara homogen dengan cara mencampur bubuk halus semen Portland dengan bubuk halus slag atau menggiling bersama antara klinker porland dengan butiran slag. Activitas slag (Slag Activity) bertambah dengan bertambahnya ratio CaO + MgO/SiO2 + Al2O3 dan glass content. Tetapi biasanyan keberadaan ratio oksida dan glass Content tersebut saling berkebalikan. Beberapa sifat slag semen adalah sabagai berikut :
Jika kehalusannya cukup, mempunyai kekuatan tekan yang sama dengan semen portland.
Betonnya lebih stabil dari pada beton semen portland
Mempunyai permebility yang rendah


14. Semen Masonry
Semen masonry pertama kali diperkenalkan di USA, kemudian berkembang kebeberapa negara.Secara tradisional plesteran untuk bangunan umumnya menggunakan kapur padam, kemudian meningkat dengan dipakainya semen portland yang dicampur dengan kapur padam. Namun karena dianggap kurang praktis maka diperkanalkan Semen Masonry .


15. Portland Composite Cement (PCC)
Menurut SNI 17064-2004, Semen Portland Campur adalah Bahan pengikat hidrolisis hasil penggilingan bersama sama terak (clinker) semen portland dan gibs dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran antara bubuk semen portland dengan bubuk bahan bahan anorganik lain. Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi (blastfurnace slag), pozzoland, senyawa silika, batu kapur, dengan kadar total bahan anorganik 6 – 35 % dari massa semen portland composite. Menurut Standard Eropa EN 197-1 Portland Composite Cement atau Semen Portland Campur dibagi menjadi 2 Type berdasarkan jumlah Aditive material aktif

1. Type II/A-M mengandung 6 – 20 % aditif
2. Type II/B-M mengandung 21 – 35 % aditif

Kalau pada Portland Pozzolan Cement (Semen Portland Pozzolan) aditif yang digunakan hanya 1 jenis maka pada Portland Composite Cement ini aditif yang digunakan lebih dari 1 jenis atau 2 jenis maka semen ini dikelompokkan pada TERNARY CEMENT.








sumber :http://www.kaskus.co.id/thread/5375c3f4fcca176e69000051/jenis-jenis-semen-yang-agan-perlu-tau/


Saturday, November 7, 2015

Proses Pembuatan Baja dan Jenis-jenis Baja

Metode untuk pembuatan baja telah berkembang secara signifikan sejak produksi industri dimulai pada akhir abad ke-19. Metode modern masih berdasarkan seperti Proses Bessemer, yaitu, bagaimana yang paling efisien menggunakan oksigen untuk menurunkan kandungan karbon dalam besi. Sekarang, produksi baja berasal dari kedua daur ulang serta bahan baku , bijih besi, batu bara dan batu kapur. Dua proses; pembuatan baja dasar oksigen (BOS) dan tungku busur listrik (EAF) untuk hampir semua produksi baja.!


Menurut Asosiasi Baja Dunia, pada tahun 2011 produksi baja mentah dunia mencapai rekor tertinggi baru di 1527000000 metrik ton. Dari jumlah ini, sekitar dua pertiga diproduksi menggunakan tanaman BOS, sedangkan fasilitas EAF menyumbang sepertiga sisanya.
Negara-negara yang memproduksi baja terbesar pada tahun 2011 adalah China, Jepang, AS, dan India. China saat ini memasok sekitar 45% dari baja dunia. Produsen baja terbesar di dunia ArcelorMittal termasuk, Baosteel, POSCO dan Nippon Steel.

Proses Pembuatan Baja

Proses Produksi Modern:
Produksi baja dapat dibagi menjadi enam langkah:

1. Iron making: Pada langkah pertama, input bijih besi mentah, kokas dan kapur yang meleleh dalam blast furnace. Menghasilkan besi cair – juga disebut sebagai ‘logam panas’ – masih mengandung 4-4,5% karbon dan kotoran lainnya yang membuatnya rapuh.
2. Pembuatan baja primer: Metode pembuatan baja primer berbeda antara BOS dan metode EAF. Metode BOS menambahkan baja scrap daur ulang dengan besi cair dalam konverter. Pada suhu tinggi, oksigen ditiupkan melalui logam, yang mengurangi kadar karbon menjadi antara 0-1,5%. Metode EAF, alternatif, pakan daur ulang skrap baja melalui penggunaan daya tinggi busur listrik (suhu sampai 1650 ° C) untuk melelehkan logam dan mengubahnya menjadi baja berkualitas tinggi.
3. Pembuatan baja sekunder: Pembuatan baja sekunder melibatkan mengobati baja cair yang dihasilkan dari kedua BOS dan rute EAF untuk menyesuaikan komposisi baja. Hal ini dilakukan dengan menambahkan atau menghapus unsur-unsur tertentu dan / atau memanipulasi suhu dan produksi environment.Depending pada jenis baja yang dibutuhkan, proses pembuatan baja sekunder berikut dapat digunakan: pengadukan, tungku sendok, injeksi sendok, degassing dan CAS-OB (Komposisi Penyesuaian dengan Sealed argon menggelegak dengan Oksigen Hembusan) .
4. Continuous Casting: Pada langkah ini, baja cair dilemparkan ke dalam cetakan didinginkan menyebabkan shell baja tipis untuk memperkuat. Shell untai ditarik menggunakan gulungan dipandu dan sepenuhnya didinginkan dan dipadatkan. Untai dipotong menjadi panjang yang diinginkan tergantung pada aplikasi; lembaran untuk produk datar (piring dan jalur), mekar untuk bagian (balok), billet untuk produk lama (kabel) atau strip tipis.
5. Pembentukan primer : Baja yang dilemparkan kemudian dibentuk menjadi berbagai bentuk, sering dengan rolling panas, sebuah proses yang menghilangkan cacat cor dan mencapai bentuk dan kualitas permukaan yang diperlukan. Produk canai panas dibagi menjadi produk datar, produk lama, tabung mulus, dan produk-produk khusus.
6. Manufaktur, Fabrikasi, dan Finishing: Akhirnya, teknik membentuk sekunder memberikan baja bentuk dan sifat akhir. Teknik-teknik ini meliputi: membentuk (misalnya dingin bergulir), mesin (misalnya pengeboran), bergabung (misalnya pengelasan), coating (misalnya galvanizing), perlakuan panas (misalnya tempering), dan pengobatan permukaan (misalnya karburasi)
Teknologi pengolahan besi gubal (pig iron) menjadi baja secara murah dan cepat diperkenalkan oleh Henry Bessemer (1856), tetapi sekarang sudah tidak digunakan lagi. William Siemens tahun 1860 mengembangkan tungku terbuka (open herth furnace), dan sekarang tungku yang banyak digunakan
adalah tungku oksigen.
Berbagai jenis zat ditambahkan pada pengolahan baja yang berguna sebagai “scavangers” (pengikat pengotor), terutama untuk mengikat oksigen dan nitrogen. Scavangers yang terpenting adalah aluminium, ferosilikon, feromangan, dan ferotitan. Zat tersebut bereaksi dengan nitrogen atau oksigen yang terlarut membentuk oksida yang kemudian terpisah ke dalam terak.

Jenis-jenis Baja

Baja dapat digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu:
a. Baja karbon, terdiri atas besi dan karbon.
b. Baja tahan karat (stainless stell), mempunyai kadar karbon yang rendah dan mengandung sekitar 14% kromium.
c. Baja aliase, yaitu baja spesial yang mengandung unsur tertentu sesuai dangan sifat yang diinginkan.

Pencegahan Perkaratan Baja

Untuk mencegah perkaratan pada baja dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
a. Menambahkan logam lain.
b. Menggunakan lapisan pelindung.
c. Menggunakan logam yang dapat dikorbankan.
d. Melindungi secara katodik