Sunday, November 8, 2015

material gedung bertingkat : ciwalk

Dalam pencarian tempat yang tepat untuk melaksanakan pengambilan foto gedung yang ingin di deskripsikan saya berkunjung ke beberapa tempat. Tempat yang saya kunjungi adalah gedung labtek 6 ITB, gedung labtek X B ITB dan gedung gedung lain yang ada di ITB. namun, karena saya terlalu sering melihat gedung-gedung tersebut membuat saya tidak ada perasaan lebih akan gedung-gedung tersebut. akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke gedung Mall Cihampelas Walk.

pada saat itu, hari sedang hujan dan menjelang malam. Saya bersama teman saya menuju ciwalk dan berfoto di depan gedung mall itu. karena hari sudah menjelang malam maka foto yang diambil agak gelap. Wajah saya tidak terlihat disana hanya siuet tubuh saya yang tampak. Berikut gambar- gambar gedung ciwalk dari depan :

Gedung Cihampelas Walk

Gedung Cihampelas Walk dan saya

Setelah saya berfoto, saya melakukan identifikasi terhadap bahan-bahan yang digunakan untuk membuat bangunan tersebut. hasil identifikasi yang saya lakukan  didapatkan bahwa kurang lebih proporsi material yang dipakai adalah :
  • Beton 75%
  • Besi tulangan 15%
  • kaca 5%
  • fiber glass 5%
Dalam identifikasi bahan bahan yang digunakan untuk membuat gedung cihampelas walk ini saya tertarik kepada dua bahan yaitu fiber glass dan besi tulangan beton.

FIBER GLASS

Secara teori, fiberglass itu kalo di bahasa ilmiahnya jarang ditemui, yang dimaskud fiber/serat adalah penguatnya saja, yang termasuk dalam hal ini juga carbon fiber, atau aramid, Jadi barang jadinya namanya glass fiber reinforment plastic (GFRP), atau CFRP. Dan itu memang yang di gunakan sebagai bodi atau frame pada sebuah kapal atau bisa juga untuk kendaraan,alat – alat rumah tangga seperti tangki air dan sebagainya.

Jadi yang liquid itu plastiknya (matrik), ratusan jenisnya, cuman yang biasa dipakai adalah Epoxy resin, biasanya orang menyebutnya resin saja. Resin ini belum berupa polymer jadi harus dijadikan polymer biasanya dicampur apa yang disebut sebagai katalis/hardener (keduanya terjual terpisah). Hardener ini yang akan membantu resin menjadi polimer dan menjadi keras. untuk memperkuatnya ditambahkan fiber( woven roving/mat) didalam adonan resin +hardener = jadilah apa yang bisanya disebur fiberglass meskipun lebih tepatnya GFRP tadi.

karena mengandalkan reaksi saja maka tidak memerlukan material yang aneh (tahan temperature) saat mencetak, makanya cetakannnya (mold) bisa apa ajah pada dasarnya bisa juga kayu atau plat, tapi klo untuk cetakan membikin kapal sebaiknya digunakan dari kayu dengan teriplex disamping 
pleksible bahannya murah serta mudah didapat.

Bahan Bahan Pembuat Fiber Glass

Resin
Resin adalah bahan kimia yang berbentuk cair, menyerupai minyak goreng, tetapi agak kental. Jenis resin bermacam-macam. Untuk bahan aksesoris fiberglass, umumnya menggunakan resin bening atau resin butek. Resin bening, biasanya digunakan untuk bentuk yang menonjolkan kebeningannya, seperti untuk aksesoris visor, kap lampu dll sebagai pengganti mika, namun penggunaan resin bening yang ada dipasaran untuk pengganti mika, masih belum menghasilkan kualitas yang memuaskan. Sedangkan resin jenis butek lebih banyak digunakan untuk pembuatan aksesoris, disamping harganya murah, resin ini dapat dengan mudah dibeli di toko-toko kimia.

Katalis
Cairan ini bisa dibilang pendamping setia resin, cairan ini biasanya berwarna bening dan berbau agak sengak. Cairan ini berfungsi untuk mempercepat proses pengerasan adonan fiber, semakin banyak katalis maka akan semakin cepat adonan mengeras tetapi hasilnya kurang bagus. Cairan ini jika mengenai kulit akan terasa panas, seperti cairan air zuur.

Kalsium Karbonat
Bahan berbentuk bubuk putih yang menyerupai terigu ini berfungsi sebagai pengental adonan fiberglass utama (resin, katalis dll). Semakin banyak campuran Kalsium Karbonat pada adonan, maka hasil fiberglass akan menjadi lebih tebal dan berat. Bahan ini dapat diganti dengan Talc, tetapi warna Talc agak lebih gelap. Tetapi saya belum menemukan perbedaan yang signifikan penggunaan Talc & Kalsium Karbonat.

Met/Matt
Met merupakan bahan serat kaca. Bahan ini berfungsi sebagai serat penguat dari adonan fiberglass ketika akan dicetak, agar hasilnya menjadi lebih kuat dan tidak mudah pecah. Bentuk met bermacam-macam, ada yang mirip bihun, kain, karung dan sarang lebah. Tetapi yang banyak dijumpai dipasaran adalah yang berbentuk seperti bihun.

Kobalt (Cobalt Blue)
Kobalt adalah bahan kimia yang berbentuk cair, berwarna biru mirip tinta dan mempunyai aroma tidak sedap. Cairan ini digunakan untuk tambahan campuran adonan resin & katalis, agar adonan lebih merekat pada met dan mempercepat pengerasan adonan fiber. Terlalu banyak menambahkan Kobalt dapat mengakibatkan hasil fiber yang getas (rapuh).

Wax (Mold Release)
Bahan ini sepintas mirip mentega/keju ketika masih di dalam wadahnya. Berfungsi sebagai pelicin pada tahap pencetakan yang menggunakan mal/molding, agar antara molding dengan hasil cetakan tidak saling merekat, sehingga dengan mudah dapat dilepaskan.

Cara pembuatan 
Bahan : 
  1. Mett (type 455 atau 450 ) 
  2. Ressin (Yukalac 1560) 
  3. Catalis 
  4. Cobal N 103 


Peralatan : 
  1. Kuas 4” 
  2. Roll Fiber 
  3. Secrap 
  4. Plastik film ( 0.15 mm) 


Perabandingan Campuran : 
Untuk 1 m2 dengan tebal 0.3 mm, membutuhkan bahan-bahan sebagai berikut 
  1. Mett = 0.48 kg 
  2. Ressin = 1.59 kg 
  3. Catalis = 0.01 lt 
  4. Cobal = 0.25 kg 

Bahan-bahan tersebut diatas dapat dibeli ditoko kimia. 

Cara Pembuatan : 
  1. Ressin,Catalis,cobal, dicampur sesuai dengan takaran.
  2. Gelar plastic film sebagai alas diletakan diatas permukaan yang rata, lebar dan panjang sesuai kebutuhan 
  3. diatas plastik letakan, mett (serat fiber) 
  4. Kwaskan campuran No.1 diatas serat fiber, sambil ditekan-tekan agar serat fiber menyatu dengan campuran No.1 (tanda sudah menyatu serat fiber sudah tidak kelihatan lagi). 
  5. Kemudian diatasnya letakan kembali plastik film. 
  6. Setalah itu di roll dengan roll fiber, bila sudah benar-benar menyatu , diratakan denganmenggunakan secrap (buat secrap permukaannya rata, dengan bahan dari papan tebal 0.5 cm atau gunakan secrap untuk sablon), sampai gelembung udara benar-benar tidak ada. 
  7. Letakan diatas permukaan seng ( sebagai cetakan), diatasnya letakan kembali Seng dan ditekan dengan alat pemberat. 


Setalah proses No.1 s/d No.7 selesai tunggu selama 1 jam. Kemudian anggkat seng dan lepaskan plastik film. Atap fiber sudah selesai , untuk pewarnaan, dapat ditambahkan pewarna untuk fiber.

Besi Tulangan

Proses Pembuatan Besi
Proses pembuatan besi dilakukan melalui dua tahap.
A. Peleburan Besi
Peleburan besi dilakukan dalam suatu alat yang disebut blast furnace (tungku sembur) dengan tinggi 40 m dan lebar 14 m dan terbuat dari batu bata yang tahan panas tinggi. Bahan yang dimasukkan dalam tanur ini ada tiga macam, yaitu bijih besi yang dikotori pasir (biasanya hematit), batu kapur (CaCO3) untuk mengikat kotoran (fluks), dan karbon (kokas) sebagai zat pereduksi.
Reaksi: 2 FeO3 + 3 C → 4 Fe + 3 CO2
Suhu reaksi sangat tinggi dan tekanan tanur sekitar 1 – 3 atm gauge, sehingga besi mencair dan disebut besi gubal (pig iron). Besi cair pada umumnya langsung diproses untuk membuat baja, tetapi sebagian ada juga yang dialirkan ke dalam cetakan untuk membuat besi tuang (cast iron) yang mengandung 3 – 4 % karbon dan sedikit pengotor lain, seperti Mn, Si, P. Besi yang mengandung karbon sangat rendah (0,005 – 0,2%) disebut besi tempa (wrought iron).
Batu kapur berfungsi sebagai fluks, yaitu untuk mengikat pengotor yang bersifat asam, seperti SiO2 membentuk terak. Reaksi pembentukan terak adalah sebagai berikut. Mula-mula batu kapur terurai membentuk kalsium oksida (CaO) dan karbon dioksida (CO2).
Reaksi: CaCO3(s) → CaO(s) + CO2(g)
Kalsium oksida kemudian bereaksi dengan pasir membentuk kalsium silikat, komponen utama dalam
terak. Reaksi: CaO(s) + SiO2(s) → CaSiO3(l)
Terak ini mengapung di atas besi cair dan harus dikeluarkan dalam selang waktu tertentu.

B. Peleburan Ulang Besi-Baja

Proses pembuatan baja dibagi menjadi beberapa tahap sebagi berikut.
  1. Menurunkan kadar karbon dalam besi gubal dari 3 – 4% menjadi 0 – 1,5%,yaitu dengan mengoksidasikannya dengan oksigen.
  2. Membuang Si, Mn, dan P serta pengotor lain melalui pembentukan terak.
  3. Menambahkan logam aliase, seperti Cr, Ni, Mn, V, Mo, dan W sesuai dengan jenis baja yang diinginkan. 
Teknologi pengolahan besi gubal (pig iron) menjadi baja secara murah dan cepat diperkenalkan oleh Henry Bessemer (1856), tetapi sekarang sudah tidak digunakan lagi. William Siemens tahun 1860 mengembangkan tungku terbuka (open herth furnace), dan sekarang tungku yang banyak digunakan adalah tungku oksigen.
Berbagai jenis zat ditambahkan pada pengolahan baja yang berguna sebagai “scavangers” (pengikat pengotor), terutama untuk mengikat oksigen dan nitrogen. Scavangers yang terpenting adalah aluminium, ferosilikon, feromangan, dan ferotitan. Zat tersebut bereaksi dengan nitrogen atau oksigen yang terlarut membentuk oksida yang kemudian terpisah ke dalam terak.
Baja dapat digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu:
  1. Baja karbon, terdiri atas besi dan karbon.
  2. Baja tahan karat (stainless stell), mempunyai kadar karbon yang rendah dan mengandung sekitar 14% kromium.
  3. Baja aliase, yaitu baja spesial yang mengandung unsur tertentu sesuai dangan sifat yang diinginkan.
Untuk mencegah perkaratan pada baja dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
  1. Menambahkan logam lain.
  2. Menggunakan lapisan pelindung.
  3. Menggunakan logam yang dapat dikorbankan.
  4. Melindungi secara katodik.



sumber : 
- http://smpsma.com/proses-pembuatan-besi-dan-kegunaan-besi.html
- http://mitragunasejahtera.blogspot.co.id/2012/04/cara-pembuatan-besi.html
- http://www.struktur-rumah.com/2008/06/cara-membuat-atap-fiber.html

No comments:

Post a Comment