praktikum hari ini adalah uji kelayakan dan parameter bahan bahan pembut beton.
Hal-hal tersebut antara lain adalah
- Kadar air agregat
- Berat volume agregat
- Specific gravity Agregat pada kondisi SSD
- Analisis sarinan agregat
- Kadar lumpur pada Agregat
- Kadar zat organik pada agregat
1
Pemeriksaan
Kadar Air Agregat
Tujuan Percobaan
Pemeriksaan
ini dilakukan untuk menentukan besarnya kadar air yang terkandung dalam agregat
dengan cara pengeringan. Yang dimaksud dengan kadar air agregat adalah
perbandingan antara berat agregat dalam kondisi kering terhadap berat semula
yang dinyatakan dalam persen dan
berfungsi sebagai koreksi terhadap pemakaian air untuk campuran beton yang
disesuaikan dengan kondisi agregat di lapangan.
Alat dan Bahan
Alat
a) Timbangan
dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh
b) Oven
yg bersuhu sampai 110,5oC
c) Talam
logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tmp pengeringan benda uji
Bahan
Berat
minimum contoh agregat dengan diameter maksimum 5 mm adalah 0,5 kg
Prosedur Percobaan
·
Talam ditimbang dan
dicatat beratnya (W1)
·
Benda uji dimasukkan ke
dalam talam, kemudian berat talam ditambah benda uji ditimbang. Berat dicatat
sebagai W2.
·
Berat benda uji
dihitung dengan persamaan W3=W2-W1
·
Contoh benda uji
dikeringkan bersama talam dalam oven pada suhu (110 ± 5)oC hingga
beratnya tetap
·
Setelah kering contoh
ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam (W4)
·
Berat benda uji kering
dihitung dengan persamaan W5=W4- W1
3.1.
pemeriksaan kadar air agregat halus
Tabel Pemeriksaan Kadar Air
Agregat Halus
Observasi I
|
|
A.
Berat wadah
|
266 gram
|
B.
Berat wadah + benda
uji
|
1857
gram
|
C.
Berat benda uji (B-A)
|
1591
gram
|
D.
Berat benda uji
kering
|
1574
gram
|
Kadar air :
|
1,08
% [KA1]
|
Observasi II
|
|
A. Berat wadah
|
110
gram
|
B. Berat wadah +
benda uji
|
1501
gram
|
C. Berat benda uji
(B-A)
|
1391
gram
|
D. Berat benda uji
kering
|
1358
gram
|
Kadar air :
|
2,43
% [KA2]
|
Kadar air rata
– rata
|
1,755
%
|
Tabel Pemeriksaan Kadar Air
Agregat Kasar
Observasi I
|
|
A.
Berat wadah
|
266 gram
|
B.
Berat wadah + benda
uji
|
1828
gram
|
C.
Berat benda uji (B-A)
|
1562
gram
|
D.
Berat benda uji
kering
|
1498
gram
|
Kadar air :
|
4,2724
% [KA1]
|
Observasi II
|
|
A.
Berat wadah
|
192
gram
|
B.
Berat wadah + benda
uji
|
1929
gram
|
C.
Berat benda uji (B-A)
|
1737
gram
|
D.
Berat benda uji
kering
|
1605
gram
|
Kadar air :
|
8,224
% [KA2]
|
Kadar air rata
– rata
|
6,2482
%
|
Analisis Data
Dari percobaan
ini, didapatkan bahwa kadar air pada agregat kasar sebesar 6,2482 %. Selain
itu, didapatkan pula kadar air pada
agregat halus sebesar 1,755 %. Dari data tersebut didapatkan bahwa kadar air
agregat kasar lebih besar dari pada kadar air agregat haus. Hal ini disebabkan
oleh pori-pori agregat kasar cenderung lebih besar daripada pori-pori pada
agregat halus.
Selain itu, hal
ini juga bisa disebabkan oleh kadar air awal agregat. Pada saat diambil,
agregat terletak pada tempat yang terpapar sinar matahari secara langsung. Hal
ini, memungkinkan terjadinya pengeringan. Karena perbedaan luas permukaan
agregat kasar dan halus sehingga terjadi perbedaan laju penguapan dimana
penguapan agregat halus lebih besar. Karena hal tersebut, kadar air awal agregat
halus sudah lebih kecil daripada kadar agregat kasar.
2
Pemeriksaan
Berat Volume Agregat
Tujuan Percobaan
Praktikum ini bertujuan
untuk menentukan berat volume agregat halus, kasar atau campuran yang
didefinisikan sebagai perbandingan antara berat material kering dan volumenya
Alat dan Bahan
Alat
a) Timbangan
dengan ketelitian 0,1% berat contoh
b) Talam
kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat
c) Tongkat
pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm yang ujungnya bulat, terbuat dari baja
tahan karat
d) Mistar
perata
e) Sekop
f) Wadah
baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang berkapasitas
berikut :
Tabel Spesifikasi Wadah Baja yang Digunakan dalam Praktikum
Kapasitas
|
Diameter
|
Tinggi
|
Tebal
Wadah Minimum (mm)
|
Ukuran
Maksimum Agregat (mm)
|
|
Dasar
|
Sisi
|
||||
2,832
|
152,4
± 2,5
|
152,4
± 2,5
|
5,08
|
2,54
|
12,70
|
9,345
|
203,2
± 2,5
|
292,1
± 2,5
|
5,08
|
2,54
|
25,40
|
14,158
|
254,0
± 2,5
|
279,4
± 2,5
|
5,08
|
3,00
|
38,10
|
28,316
|
355,6
± 2,5
|
284,4
± 2,5
|
5,08
|
3,00
|
101,60
|
Bahan
Bahan
yang digunakan adalah agregat kasar dan agregat halus dalam kondisi kering.
Prosedur Pemeriksaan
Masukkan
agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas wadah sesuai
dengan tabel 3.1. Keringkan dengan oven pada suhu (110 ± 5)oC sampai
berat menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji.
a. Berat
Isi Lepas
·
Timbang dan catatlah berat wadah (W1).
·
Masukkan benda uji dengan hati-hati agar
tidak terjadi pemisahan dengan menggunakan sendok atau sekop sampai penuh.
·
Ratakan permukaan benda uji dengan
menggunakan mistar perata.
·
Timbang dan catatlah berat wadah beserta
benda uji (W2).
·
Hitunglah berat benda uji (W3
= W2 – W1).
b.
Berat isi agregat ukuran butir maksimum
38,1 mm (1,5”) dengan cara penusukan
·
Timbang dan catat berat wadah (W1).
·
Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga
lapis yang sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat yang
ditusukkan sebanyak 25 kali secara merata.
·
Ratakan permukaan dengan menggunakan
mistar perata.
·
Timbang dan catatlah berat benda wadah
beserta benda uji (W2)
·
Hitunglah berat benda uji (W3
= W2 - W1).
Hasil Percobaan
Berat
isi agregat =
(kg/m3) ; V = isi wadah (m3)
Tabel Hasil Pemeriksaan Berat Volume Agregat Halus
Observasi I
|
||
|
Padat
|
Gembur
|
A.
Volume wadah
|
1,89
liter
|
1,89
liter
|
B.
Berat wadah
|
0,608
kg
|
0,608
kg
|
C.
Berat wadah + benda
uji
|
3,818
kg
|
3,735
kg
|
D.
Berat benda uji (C-B)
|
3,210
kg
|
3,127
kg
|
Berat volume :
|
1,6984
kg/l
|
1,6545
kg/l
|
Observasi
II
|
||
|
Padat
|
Gembur
|
A.
Volume wadah
|
1,89
liter
|
1,89
liter
|
B.
Berat wadah
|
0,553
kg
|
0,553
kg
|
C.
Berat wadah + benda
uji
|
3,932
kg
|
3,683
kg
|
D.
Berat benda uji (C-B)
|
3,379
kg
|
3,130
kg
|
Berat volume :
|
1,7878
kg/l
|
1,6561
kg/l
|
Berat volume
rata – rata :
|
1,7431
kg/l
|
1,6553
kg/l
|
Tabel Hasil Pemeriksaan
Berat Volume Agregat Kasar
Observasi I
|
|||
|
Padat
|
Gembur
|
|
A.
Volume wadah
|
2,781
liter
|
2,781
liter
|
|
B.
Berat wadah
|
2,674
kg
|
2,674
kg
|
|
C.
Berat wadah + benda
uji
|
6,573
kg
|
6,187
kg
|
|
D.
Berat benda uji (C-B)
|
3,899
kg
|
3,513
kg
|
|
Berat volume :
|
1,402
kg/l
|
1,2632
kg/l
|
|
Observasi II
|
|||
|
Padat
|
Gembur
|
|
A.
Volume wadah
|
2,781 liter
|
2,781
liter
|
|
B.
Berat wadah
|
2,533
kg
|
2,533
kg
|
|
C.
Berat wadah + benda
uji
|
6,777
kg
|
6,257
kg
|
|
D.
Berat benda uji (C-B)
|
4,244
kg
|
3,724
kg
|
|
Berat volume :
|
1,526
kg/l
|
1,339
kg/l
|
|
Berat volume
rata – rata :
|
1,464
kg/l
|
1,3011
kg/l
|
|
Analisis
Pada
percobaan tersebut, didapatkan berat volume agregat kasar pada kondisi gembur
adalah 1,3011 Kg/L. Sedangkan, berat volume agregat kasar pada kondisi padat
adalah 1,464 Kg/L. selain itu, didapatkan berat volume agregat halus pada
kondisi gembur adalah 1,6553 Kg/L. Sedangkan, berat volume agregat halus pada
kondisi padat adalah 1,743 Kg/L.
Dari
data percobaan diatas didapatkan bahwa berat volume padat baik pada agregat
kasar maupun agregat halus lebih berat daripada berat volume gembur. Hal ini
terjadi karena perlakuan yang berbeda pada kedua percobaan tersebut yaitu
dipadatkan dan tidak dipadatkan. Pada saat agregat dipadatkan maka rongga udara
di sela-sela terisi sehingga rongga udara pada kondisi padat lebih sedikit
daripada saat kondisi gembur.
3
Analisis
Specific Gravity dan Penyerapan
Agregat Halus
Tujuan Percobaan
Praktikum
ini bertujuan untuk menentukan bulk and
apparent Specific Gravity dan penyerapan (absorpsi) agregat halus menurut
prosedur ASTM C128. Nilai ini diperlukan untuk menetapkan besarnya komposisi
volume agregat dalam campuran beton.
Alat dan Bahan
Alat
a) Timbangan
dengan ketelitian 0,5 gram dengan kapasitas minimum sebesar 1000 gram
b) Piknometer
dengan kapasitas 500 gram
c) Cetakan
kerucut pasir
d) Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir
Bahan
Berat
contoh agregat halus disiapkan sebanyak 500 gram. Contoh diperoleh dari bahan yang diproses
melalui alat pemisah atau cara perempatan.
Prosedur Percobaan
·
Agregat halus yang
jenuh air dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering dengan indikasi contoh
tercurah dengan baik.
·
Sebagian dari contoh
dimasukkan ke dalam cetakan kerucut pasir (metal sand cone mold). Benda uji
lalu dipadatkan dengan tongkat pemadat (tamper) dengan jumlah tumbukan sebanyak
25 kali setiap satu dari tiga bagian yang terisi. Kondisi SSD diperoleh ketika butir-butir
pasir longsor/runtuh ketika cetakan tersebut diangkat.
·
Contoh agregat halus
sebesar 500 gram dimasukkan ke dalam piknometer. Kemudian piknometer diisi
dengan air sampai 90% penuh. Bebaskan gelembung-gelembung udara dengan cara
menggoyang- goyangkan piknometer. Rendamlah piknometer dengan suhu air 73,43o
F selama 24 jam. Timbang berat piknometer yang berisi contoh dengan air.
·
Pisahkan benda uji dari
piknometer dan keringkan pada suhu 213,13o F. Langkah ini harus diselesaikan
dalam waktu 24 jam.
·
Timbanglah berat
piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas kalibrasi pada temperatur 73,43o F dengan ketelitian 0,1
gram.
pengecekkan pemeriksaan specific gravity agregat halus
oven untuk pengeringan
Perhitungan
Apparent
Specific-Gravity =
E / (E + D - C)
Bulk Specific-Gravity
Kondisi Kering = E / (B + D -
C)
Bulk Specific-Gravity
Kondisi SSD = B / (B + D -
C)
Persentase
Absorpsi = ( B –
E ) / E x 100%
Keterangan:
A
= Berat piknometer
B
= Berat contoh kondisi SSD
C
= Berat piknometer + contoh + air
D = Berat piknometer + air
E = Berat contoh kering
Tabel Penentuan Specific Gravity Agregat Halus
Observasi I
|
|
A.
Berat Piknometer
|
154 gram
|
B.
Berat contoh kondisi
SSD
|
500 gram
|
C.
Berat piknometer +
air + contoh SSD
|
958 gram
|
D.
Berat piknometer +
air
|
652 gram
|
E.
Berat contoh kering
|
495 gram
|
Apparent
Spesific Gravity :
|
2.6191
|
Bulk Spesific
Gravity (Kering) :
|
2.5515
|
Bulk Spesific
Gravity (SSD) :
|
2.57732
|
Persentase
Absorpsi Air :
|
1.0101 %
|
Observasi II
|
|
A.
Berat Piknometer
|
154 gram
|
B.
Berat contoh kondisi
SSD
|
500 gram
|
C.
Berat piknometer +
air + contoh SSD
|
958 gram
|
D.
Berat piknometer +
air
|
652 gram
|
E.
Berat contoh kering
|
495 gram
|
Apparent
Spesific Gravity :
|
2.6191
|
Bulk Spesific
Gravity (Kering) :
|
2.5515
|
Bulk Spesific
Gravity (SSD) :
|
2.57732
|
Persentase
Absorpsi Air :
|
1.0101 %
|
Rata – Rata
|
|
Apparent
Specific Gravity
|
2.6191
|
Bulk Specific
Gravity (kering)
|
2.5515
|
Bulk Specific
Gravity (SSD)
|
2.57732
|
Persentase
Absorpsi Air
|
1.101
|
Analisis Data
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan
apparent specific gravity, bulk specific gravity kering, bulk specific gravity
pada saat SSD, dan presentase absorpsi air agregat halus berturut-turut adalah
2,6191%, 2,5515%, 2,57732%, 1,101%.
Data-data tersebutakan digunakan untuk menghitung koreksi berat agregat halus
dan air pada mix design. Berat agregat halus harus dikoreksi karena diasumsikan
semua agregat halus dalam kondisi SSD namun pada kenyataannya tidak demikian.
4
Analisis
Specific Gravity dan Penyerapan
Agregat Kasar
Tujuan Percobaan
Percobaan
ini bertujuan menentukan bulk dan
apparent specific grafity dan penyerapan/absorbsi dari agregat kasar
menurut ASTM C 127. Nilai ini
nantinya akan digunakan untuk menetapkan besaran komposisi volume agregat dalam
adukan beton.
Alat dan Bahan
Alat
a) Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram dan kapasitas
minimum 5 Kg
b) Keranjang
besi dengan diameter 203,2 mm (8”) dan tinggi 63,5 mm (2,5”)
c) Alat
penggantung keranjang
d) Oven
e) Handuk
atau kain pel
Bahan
Sebelas
liter (sekitar 3 kg) agregat dalam keadaan SSD, yang didapat dari cara
pengambilan sample dengan alat pemisah atau cara perempatan. Untuk agregat
lewat saringan No 4 tidak diperkenankan sebagai benda uji.
Prosedur Percobaan
·
Benda uji direndam selama 24 jam
·
Benda uji digulung dengan handuk,
sehingga air permukaan habis, tetapi harus masih tampak lembab (kondisi SSD) ,
kemudian timbang benda uji.
·
Benda uji dimasukkan kedalam keranjang
dan rendam kembali kedalam air. Temperatur air (73,4± 3) 0F dan kemudian timbang
kembali. Sebelum menimbang, conatainer diisi dengan benda uji, lalu digoyang – goyangkan
didalam air untuk melepaskan udara yang terperangkap.
·
Keringkan
benda uji pada temperatur (212 ± 130) 0F, kemudian didinginkan dan ditimbang
Agregat kasar spesi pemeriksaan SG yang telah kering
proses penimbangan
Perhitungan
Apparent
Specific grafity
Bulk
Specific grafity kondisi kering
Bulk
Specific grafity kondisi SSD
Persentase
absorbsi
Keterangan:
A = berat (gram) contoh SSD
B
= berat (gram) contoh dalam air
C = berat (gram) kering di udara
Tabel Penentuan Specific Gravity Agregat Kasar
Observasi I
|
|
A.
Berat SSD
|
3000 gram
|
B.
Berat contoh dalam
air
|
1888,5
gram
|
C.
Berat contoh kering
di udara
|
2925
gram
|
Apparent
Spesific Gravity :
|
2.8219
|
Bulk Spesific
Gravity (Kering) :
|
2.6316
|
Bulk Spesific
Gravity (SSD) :
|
2.6991
|
Persentase
Absorpsi Air :
|
2.5641
%
|
Observasi II
|
|
A.
Berat SSD
|
3000
gram
|
B.
Berat contoh dalam
air
|
1904
gram
|
C.
Berat contoh kering
di udara
|
2945
gram
|
Apparent
Spesific Gravity :
|
2.829
|
Bulk Spesific
Gravity (Kering) :
|
2.687
|
Bulk Spesific
Gravity (SSD) :
|
2.7372
|
Persentase
Absorpsi Air :
|
1.8675
%
|
Rata – Rata
|
|
Apparent
Specific Gravity
|
2.82545
|
Bulk Specific
Gravity (kering)
|
2.6593
|
Bulk Specific
Gravity (SSD)
|
2.71815
|
Persentase
Absorpsi Air
|
2.2158
%
|
Analisis Data
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan apparent specific
gravity, bulk specific gravity kering, bulk specific gravity pada saat SSD, dan
presentase absorpsi air agregat kasar berturut-turut adalah 2,82545%, 2,6593%, 2,71815%, 2,2158%. Data-data tersebutakan
digunakan untuk menghitung koreksi berat agregat kasar dan air pada mix design.
Berat agregat kasar harus dikoreksi karena diasumsikan semua agregat kasar
dalam kondisi SSD namun pada kenyataannya tidak demikian.
5
Analisis
Saringan Agregat Halus
Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus. Data
perencanaan distribusi pada agregat diperlukan dalam perencanaan adukan beton.
Pelaksanaan penentuan gradasi ini dilakukan pada agregat halus dan agregat
kasar. Alat yang digunakan adalah seperangkat saringan dengan ukuran jaring –
jaring tertentu.
Alat dan Bahan
Alat
a) Timbangan
dan neraca ketelitian 0,2% dari berat benda uji.
b) Seperangkat
saringan dengan ukuran:
Tabel Spesifikasi Saringan
Agregat Halus
Nomor Saringan
|
Ukuran Lubang
|
Keterangan
|
|
Mm
|
Inci
|
||
-
|
9,5
|
3/8
|
Perangkat
saringan untuk agregat halus
Berat
minimum contoh:
500
gr
|
No.
4
|
4,75
|
-
|
|
No.
6
|
2,36
|
-
|
|
No.
16
|
1,18
|
-
|
|
No.
30
|
0,60
|
-
|
|
No.
50
|
0,003
|
-
|
|
No.
100
|
0,150
|
-
|
|
No.
200
|
0,075
|
-
|
c) Oven
yang dilengkapi pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110 ± 5)°C
d) Alat
pemisah contoh (sample spliter)
e) Mesin
penggetar saringan
f) Talam-talam
g) Kuas,
sikat kawat, sendok, dan alat-alat lainnya
Bahan
Benda uji diperoleh dari
alat pemisah contoh atau dengan cara penempatan. Berat dari contoh disesuaikan
dengan ukuran maksimum diameter agregat kasar yang digunakan pada tabel
perangkat saringan.
Prosedur Pemeriksaan
·
Benda uji dikeringkan
di dalam oven dengan suhu (110 ± 5)°
C sampai beratnya konstan
·
Benda uji dicurahkan
pada perangkat saringan, susunan saringan dimulai dari saringan paling besar di
atas. Perangkat saringan diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama
15 menit.
3
proses penimbangan agregat yang telah disaring
seperankat saringan
Tabel Analisis Saringan Agregat Halus
Ukuran Saringan (mm)
|
Berat Tertahan (gram)
|
Persentase Tertahan
(%)
|
Persentase Tertahan Kumulatif
(%)
|
Persentase Lolos Kumulatif
(%)
|
SPEC ASTM C33-90
|
|
9.5
|
3
|
0.60
|
0.6
|
99.4
|
100
|
|
4.75
|
20
|
4.00
|
4.6
|
95.4
|
95-100
|
|
2.36
|
100
|
20.00
|
24.6
|
75.4
|
80-100
|
|
1.18
|
104
|
20.50
|
45.6
|
54.6
|
50-85
|
|
0.6
|
76
|
15.20
|
60.6
|
39.4
|
25-60
|
|
0.3
|
42
|
8.40
|
69.0
|
31
|
10-30
|
|
0.15
|
67
|
13.40
|
82.4
|
17.6
|
2-10
|
|
0.075
|
71
|
14.20
|
96.6
|
3.4
|
||
PAN
|
17
|
3.40
|
100.0
|
0
|
||
Modulus Kehalusan: 3.838
|
Modulus
kehalusan =
3.838
Analisis
Analisis
saringan dilakukan dengan tujuan untuk menentukan apakah agregat halus yang ada
layak atau tidak untuk digunakan.
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan
didapatkan hasil bahwa pada persebaran 1 sebagian
besar agregat halus berada diantara batas atas dan batas bawah sehingga secara keseluruhan agregat
halus layak untuk digunakan.
Namun, Pada persebaran 2 ada lebih banyak agregat yang
tidak berada diantara batas atas dan batas bawah sehingga kurang layak untuk
digunakan.
Kondisi
tidak ideal ini dapat terjadi karena ada banyak kemungkinan error yang terjadi
terutama saat teknis menyaring (mengguncang) yang kurang intens dan merata,
kemudian karena ada agregat yang seharusnya lolos, tetapi menjadi tidak lolos
karena tertutup dengan agregat halus yang lainnya. Untuk mendapatkan kondisi
ideal, yang harus dilakukan adalah pada pengguncangan atau penyaringan, yaitu
kegiatan penyaringan harus dilakukan dengan merata dan dengan tepat.
6
Analisis
Saringan Agregat Kasar
Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat kasar. Data
perencanaan distribusi pada agregat diperlukan dalam perencanaan adukan beton.
Pelaksanaan penentuan gradasi ini dilakukan pada agregat halus dan agregat
kasar. Alat yang digunakan adalah seperangkat saringan dengan ukuran jaring –
jaring tertentu.
Alat dan Bahan
Alat
a) Saringan
no. 16 dan 200
b) Oven
yang dilengkapi pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110 ± 5)°C
c) Timbangan
dengan ketelitian 0,1% berat contoh
d) Talam
berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat
e) Sekop
f) Wadah
pencuci benda uji dengan kapasitas yang cukup besar sehingga pada waktu
diguncang – guncangkan benda uji/air tidak tumpah
Bahan
Berat minimum contoh
agregat tergantung pada ukuran maksimum dengan batasan sebagai berikut
·
2.36 mm (No.8) = 100 gram
·
4.75 mm (No.4) = 500 gram
·
9.6 mm (3/8”) = 2000 gram
·
19.00 mm (3/4”) = 2500 gram
·
38.00 mm (1.5”) = 5000 gram
Berdasarkan batasan bahwa diameter
maksimum agregat halus adalah yang lolos saringan no.4, maka berat minimum contoh
agregat adalah 500 gram.
Prosedur Percobaan
·
Contoh agregat kasar
dituangkan ke dalam susunan saringan (susunan saringan dimulai dari yang
diameter paling besar ke diameter paling kecil.
·
Susunan saringan paling
atas ditutup, kemudian diguncangkan sehingga yang tersisa di dasar adalah
agregat dengan ukuran yang sesuai.
proses penyaringan agregat kasar
3.6.4
Tabel Analisis Saringan Agregat Kasar
Ukuran
Saringan (mm)
|
Berat
Tertahan (gr)
|
Persentase
Tertahan
(%)
|
Persentase
Tertahan Kumulatif
(%)
|
Persentase
Lolos Kumulatif
(%)
|
SPEC ASTM
C33-90
|
|
25
|
0
|
0
|
0
|
100
|
100
|
|
19
|
98
|
3.2667
|
3.2667
|
96.7333
|
90-100
|
|
9.5
|
2338
|
77.9333
|
81.2
|
18.8
|
20-55
|
|
4.75
|
563
|
18.4323
|
99.6333
|
0.3667
|
0-10
|
|
2.38
|
7
|
0.23833
|
99.8633
|
0.1334
|
0-5
|
|
PAN
|
4
|
0.13340
|
100
|
0
|
Analisis Data
Analisis
saringan dilakukan dengan tujuan untuk menentukan apakah agregat kasar yang ada layak atau
tidak untuk digunakan. Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan
didapatkan hasil persebaran benda uji agregat kasar selalu
berada diantara batas atas dan batas bawah
sehingga dapat disimpulkan bahwa agregat kasar yang ada
layak untuk digunakan.
7
Pemeriksaan
Kadar Lumpur dalam Agregat Halus
Tujuan Percobaan
Pemeriksaan
ini bertujuan untuk menentukan besarnya persentase kadar lumpur dalam agregat
halus yang digunakan sebagai campuran beton. Kandungan lumpur < 5% merupakan
ketentuan bagi penggunaan agregat halus untuk pembuatan beton dengan kualitas yang
baik.
Alat dan Bahan
Alat
a) Gelas
ukur
b) Alat
pengaduk
Bahan
Contoh
pasir secukupnya dalam kondisi lapangan dengan bahan pelarut biasa.
Prosedur Pemeriksaan
· Contoh benda uji
dimasukkan kedalam gelas ukurTambahkan air pada gelas ukur guna melarutkan
lumpur
·
Gelas ukur dikocok
untuk mencuci agregat halus dari lumpur
·
Simpan gelas pada
tempat yang datar dan dibiarkan lumpur mengendap setelah 24 jam
·
Ukur tinggi lumpur (V2)
dan tinggi pasir (V1)
Pemeriksaan kadar lumpur
Perhitungan
Tinggi
total : 188 mm
Tinggi
lumpur : 6 mm
Analisis Data
Berdasarkan
hasil percobaan kadar lumpur dalam agregat halus adalah 3.19%. Artinya agregat ini
baik bagi mix design beton. Karena
syarat untuk dapat menghasilkan beton yang baik adalah kadar lumpur <5%.
8
Pemeriksaan
Zat Organik dalam Agregat Halus
Tujuan Percobaan
Pemeriksaan
zat organik pada agregat halus dimaksudkan untuk menentukan adanya bahan
organik dalam agregat halus yang akan digunakan pada campuran beton. Kandungan
bahan organik yang melebihi batas dapat mempengaruhi mutu beton yang
direncanakan.
Alat dan Bahan
Alat
a) Botol
gelas tidak berwarna dengan volume sekitar 350 mL yang mempunyai tutup Dari
karet gabus atau lainnya yang tidak larut dalam NaOH
b) Standard
warna (Organik plate)
c) Larutan
NaOH 3%
Bahan
Contoh
pasir dengan volume 115 mL (1/3 volume botol)
Prosedur Percobaan
·
115 mL pasir dimasukkan
ke dalam botol tembus pandang (kurang lebih 1/3 isi botol)
·
Larutan NaOH 3%
ditambahkan. Setelah dikocok, isinya harus mencapai kira-kira ¾ volume botol
·
Botol tersebut ditutup
dan dikocok hingga lumpur yang menempel pada agregat Nampak terpisah dan
dibiarkan selama 24 jam agar lumpu tersebut mengendap
·
Setelah 24 jam, warna
cairan yang terlihat dibandingkan dengan standar warna no.3 pada organic plate
(apakah lebih tua atau lebih muda)
hail pemeriksaan kadar zat organik
organic plate
Laporan
Hasil Pengamatan
Warna
air di atas pasir yang terdapat di dalam botol berubah menjadi Berwarna Putih keruh. jika dibandingkan dengan organic plate maka sesuai dengan warna
No. 2 pada organic plate.
Analisis
Data
Berdasarkan
hasil pengamatan, diperoleh hasil percobaan berupa warna larutan yang putih keruh (No. 2). Warna
larutan yang tidak menunjukkan warna hitam mengindikasikan bahwa pasir memiliki
kandungan bahan organik dalam batas wajar.
Secara Kuantitatif batas wajar yang diperbolehkan adalah warna No. 3 pada organic plate.Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa agregat mengandug zat organik dalam batas wajar sehingga
agregat layak digunakan untuk mix design.
No comments:
Post a Comment