langkah pertama dalam perencanaan beton adalah menentukan banyaknya bahan yang dibutuhkan untuk membuat eton tersebut sesuai dengan standar standar yang telah diberikan. cara menentukan bahan bahan yang dibutuhkan tersebut sesuai dengan metode yang menjadi standar ACI. langkah langkahnya adalah sbagai berikut
Prosedur Perencanaan Campuran Beton
Pemilihan Nilai Slump
Pada pembuatan beton pemilihan nilai slump adalah hal
yang sangat penting hal ini dikarenakaan nilai slump akan menentukan
karakteristik beton yang diinginkan. Pemilihan nilai slump pada pembuatan beton
disesuaikan dengan kegunaan beton. Tabel pedoman yang menyajikan hubungan
antara kegunaan beton dan nilai slump yang diperlukan adalah Tabel 4.1.
Pada tabel tersebut kita dapat melihat beberapa contoh
kegunaan pembuatan beton seperti dinding
penahan dan pondasi, balok dan dinding beton, kolom struktural dan lain-lain.
Pada tabel tersebut juga tercntum nilai maksimum dan minimum slump yang harus
dipatuhi. Hal ini mennjukkan bahwa nilai slump pada saat pembuatan beton tidk
boleh kurang atau melebihi angka-angka batas terseut.
Pemilihan Ukuran Maksimum agregat Kasar
Penentuan ukuran agregat maksimum juga tidak kalah
pentingnya. Hal ini bertujuan untuk menentukan ukuran agregat kasar agar beton
tidak mengalami segregasi pada saat pembuatannya. Selain itu, hal ini juga
berguna agar agregat bisa bergerak pada saat penuangan beton hasil campuran ke
bekisting sehingga agregate tidak menumpuk di satu bagian.
Pemilihan
ukuran agregat kasar maksimum harus memenuhi beberapa syarat yaitu:
- 1/5 jarak terkecil antara 2 tepi bekisting
- 1/3 tebal plat
- ¾ jrak bersih selimut beton
- 2/3 jarak bersih antar tulangan
Setelah semua perhitugan didapatkan, ukuran agregate
maksimum yang digunakan adalah angka paling maksimum yang dihasilkan dari 4
perhitugan diatas. Hal tersebut berlaku jika nilai maksimum keempat perhitungan
diatas lebih dari 25 mm. jika keempat perhitungan diatas menghasilkan nilai agregat
maksimum yang kurang dari 25 mm maka ukuran agregate maksimum yang digunaan
adalah 25 mm.
Estimasi Kebutuhan Air Pencampur dan Udara Terkandung
Air adalah salah satu unsur yang pentng dalam
pembuatan beton karea semen tidk akan bereaksi jika tidak dicampur dengan air.
Namun, air tidak boleh terlalu banyak di masukkan kedalam campuran beton karena
dapat menyebabkan bleeding (pemisahan air dengan campuran beton pada saat
dicetak). Untuk itu, jumlah air yang dibutuhkan juga perlu kita estimasi agar
kondisi campuran beton maksimum dan nilia slump terpenuhi. Jumlah air yang
dibutuhkan dapat kita estimasi dengan menggunakan Tabel 4.2.
Pada tabel tersebut diperlihatkan bahwa ada dua proses
pembuatan beton yaitu dengan penambahan udara dan tanpa penambahan udara.
Proses yang biasa dilakukan adalah proses tanpa penambahan udara sedangkan
proses dengan penambahan udara hanya dilakukan di Negara dengan 4 musim. Selain
itu, jumlah air yang dibutuhkan juga bergantung kepada nilai slump dan ukuran agregat
maksimum yang digunakan.
Menentukan
Nilai Perbaandingan Air dan Semen
Dalam menentukan
perbandingan air dan semen pada pembuatan beton kita harus mengetahui kuat
beton rata-rata pada umur 28 hari dengan menggunakan rumus :
fc = 0,83 fc' + 1,64 Sd
fc
= kuat beton rata rata pada umur 28 hari
0,83
= factor koreksi laboratorium untuk bentuk beton silinder
Sd
= standar deviasi yang dipengaruhi faktor pengerjaan beton.
Dalam menentukan standar deviasi yang akan digunakan
untuk menghitung kuat beton rata-rata pada umur 28 hari ada dua hal yang
dperhatikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan tersebut adalah kondisi pengerjaan
beton dan tempat beton dikerjakan. Untuk kondisi pengerjaan beton terdapat
kondisi sempurna, sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik. Sedangkan
untuk tempat pengerjaan beton terdapat ketentuan bila beton dikerjakan di
laboratorium atau dilapangan. Untuk lebih lengkapnya tabel penentuan standar
deviasi disajikan dalam Tabel 4.3.
Setelah ditemukan kuat beton rata-rata pada umur 28
hari, Fc tersebut digunakan untuk menentukan perbandingan air dan semen.
Penentuan perbandingan air dan semen tersebut selain dipengaruhi oleh kuat
beton rata-rata juga dipengaruhi oleh jenis proses pembuatan beton. Untuk menentukan
perbandingan air dan semen dapat melihat Tabel 4.4.
Menentukan
Berat Semen yang Dibutuhkan
Dalam perhitungan sebelumnya telah didapatkan berat
air yang dibutuhkan dan perbandingan air dan semen. Tahap selanjutnya adalah
menghitung berat semen yang dibutuhkan. Untuk menghitug jumlah semen yang
dibutuhkan digunakan rumus:
Jumlah semen yang dibutuhkan = jumlah air / (w/c ratio)
Menentukan
Volume Agregat Kasar yang Dibutuhkan
Langkah selanjutnya adalah menentukan jumlah agregate
kasar yang dibutuhkan. Untuk menentukan agregate kasar dapat digunakan Tabel 4.5.
Tabel tersebut memperlihatkan bahwa untuk menentukan volume agregate maksimum
dipengaruhi oleh dua parameter. Kedua parameter tersebut adalah modulus
kehalusan dari agregate halus dan ukuran agregate kasar maksimum yang
digunakan.
Hasil yang didapat pada perhitungan diatas adalah
hasil untuk nilai slump 75-100 mm. jika perencanaan nilai slump diluar nilai
tersebut maka harus dikalikan faktor koreksi yang dapat ditentukan dengan
menggunakan Tabel 4.6. Pada tabel tersebut faktor koreksi hanya bergantung
kepada nilai slump. Untuk menhitung massa agregat kasar digunakan rumus:
Massa Agregat kasar = Volume agregat kasar x faktor koreksi X massa jenis
Menentukan
Kandungan Agregat Halus yang Dibutuhkan
Sebelum dapat menentukan jumlah agregate halus yang
dibutuhkan terlebih dahulu kita harus menentukan massa jenis beton yang akan
kita buat dengan Tabel 4.7. dalam tabel ini diperlihatkan bahwa estimasi massa
jenis beton yang akan kita buat dipengaruhi oleh ukuran agregate maksimum dan
jenis proses pembuatan beton.
Setelah estimasi massa
jenis beton yang dibuat ditentukan, dilakukan perhitungan estimasi agregat
halus yang dibutuhkan dengan rumus :
Volume agg. halus = 1- vol. udara - vol. air - vol. agg. kasar - vol. semen
Massa aggregat halus = volume agregat halus x specific gravity kondisi SSD
Koreksi
Kandugan Air pada Agregat
Semua perhitugan diatas menggunakan asumsi bahwa agregat
kasar maupun halus yang digunakan dalam keadaan SSD (saturated surface dry).
Namun, tidak semua agregate dalam edaan tersebut sehingga harus dilakukan
koreksi terhadap jumlah kandungan air yang ada didalam agregat. Koreksi
dilakukan dengan menggunakan rumus :
Massa koreksi agg. halus = massa agg. halus * (1+ faktor koreksi)
Massa koreksi agg. kasar = massa agg. kasar * (1+ faktor koreksi)
Massa koreksi air = massa jenis beton segar - massa semen - massa air - massa agregat
Tabel Referensi
Tabel Pemilihan Nilai Slump
Tabel 1 Tabel Pemilihan Nilai Slump
U r a i a n
|
SLUMP [mm)
|
|
Maksimum
|
Minimum
|
|
1.
Dinding, pelat pondasi
dan pondasi telapak bertulang
|
80
|
25
|
2.
Fondasi telapak
tidak ber-tulang, kaison dan konstruksi dibawah tanah
|
80
|
25
|
3.
Pelat, balok, kolom
dan dinding
|
100
|
25
|
4.
Perkerasan jalan
|
80
|
25
|
5.
Pembetonan massal
|
50
|
25.
|
Tabel Air yang Dibutuhkan dan Udara yang
Terkandung untuk Berbagai Nilai Slump dan Ukuran Agregat Maksimum
Tabel 2 Tabel Air yang Dibutuhkan dan Udara yang
Tersekap
Jenis beton
|
Slump (mm)
|
Air (Kg/m3)
|
||||||
10 mm
|
12,5 mm
|
20 mm
|
25 mm
|
40 mm
|
50 mm
|
75 mm
|
||
Tanpa penambahan udara
|
25 - 50
|
205
|
200
|
185
|
180
|
160
|
155
|
140
|
75 - 100
|
225
|
215
|
200
|
190
|
175
|
170
|
155
|
|
150 - 175
|
240
|
230
|
210
|
200
|
185
|
175
|
170
|
|
Udara yang tersekap (%)
|
3
|
2,5
|
2
|
1,5
|
1
|
0,5
|
0,3
|
|
Dengan penambahan
udara
|
25 - 50
|
180
|
175
|
165
|
160
|
150
|
140
|
135
|
75 - 100
|
200
|
190
|
180
|
175
|
170
|
155
|
150
|
|
150 - 175
|
215
|
205
|
190
|
180
|
170
|
165
|
160
|
|
Udara yang tersekap (%)
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4,5
|
4
|
3,5
|
Tabel Klasifikasi Standar Deviasi untuk
Berbagai Kondidi Pengerjaan
Tabel 3 Tabel Standar Deviasi untuk Berbgai Kondidi
Pengerjaan
Kondisi Pengerjaan
|
Standar Deviasi
|
|
Lapangan
|
Laboratorium
|
|
Sempurna
|
<3
|
<1,5
|
Sangat Baik
|
3 - 3,5
|
1,5 - 1,75
|
Baik
|
3,5 - 4
|
1,75 - 2
|
Cukup Baik
|
4 - 5
|
2 - 2,5
|
Kurang Baik
|
>5
|
>2,5
|
Tabel Hubungan Perbandingan Air Semen dengan
Kuat Tekan Beton
Tabel 4 Tabel Rasio Air Semen
Kuat Tekan Beton Umur
28 Hari (Mpa)
|
Rasio Air Semen
(Perbandingan berat)
|
|
Tanpa Penambahan Udara
|
Dengan Penambahan
Udara
|
|
48
|
0,33
|
-
|
40
|
0,41
|
0,32
|
35
|
0,48
|
0,40
|
28
|
0,57
|
0,48
|
20
|
0,68
|
0,59
|
14
|
0,82
|
0,74
|
Tabel Estimasi Volume Agregat kasar untuk Slump
75 – 100 mm dengan Ukuran Maksimum Agregat Kasar dan Nilai Modulus Kehalusan
yang Berbeda
Tabel 5 Tabel Volume Agregat Kasar Untuk Slump 75 –
100 mm
Ukuran
agregat kasar (mm)
|
Persentase volume agregat kasar/ m3 volume beton
|
|||
untuk Fineness Modulus agregat halus (pasir)
|
||||
2.4
|
2.6
|
2.8
|
3
|
|
10
|
0,50
|
0,48
|
0,46
|
0,44
|
12.5
|
0,59
|
0,57
|
0,55
|
0,53
|
20
|
0,66
|
0,64
|
0,62
|
0,60
|
25
|
0,71
|
0,69
|
0,67
|
0,65
|
37.5
|
0,75
|
0,73
|
0,71
|
0,69
|
50
|
0,78
|
0,76
|
0,74
|
0,72
|
75
|
0,82
|
0,80
|
0,78
|
0,76
|
150
|
0,87
|
0,85
|
0,83
|
0,81
|
Tabel Faktor Koreksi Volume Agregat kasar
dengan Nilai Slump diluar 75-100 mm
Tabel 4.6 Tabel Faktor Koreksi Volume Aggregat Kasar
untuk
Slump Bukan 75 – 100mm
Slump (mm)
|
Faktor Koreksi untuk
Berbagai Ukuran Maksimum Agregat
|
||||
10 mm
|
12,5 mm
|
20 mm
|
25 mm
|
40 mm
|
|
25 - 50
|
1,08
|
1,06
|
1,04
|
1,06
|
1,09
|
75 - 100
|
1,00
|
1,00
|
1,00
|
1,00
|
1,00
|
150 - 175
|
0,97
|
0,98
|
1,00
|
1,00
|
1,00
|
Tabel Estimasi Massa Jenis Beton Segar
Tabel 7 Tabel Estimasi Massa Jenis Beton Segar
Ukuran Agregat
Maksimum (mm)
|
Massa Jenis Beton
Segar (Kg/m3)
|
|
Tanpa Penambahan Udara
|
Dengan Penambahan
Udara
|
|
9,5
|
2304
|
2214
|
12,7
|
2334
|
2256
|
19,1
|
2376
|
2304
|
25,4
|
2406
|
2340
|
38,
|
2442
|
2376
|
50,8
|
2472
|
2400
|
762
|
2496
|
2424
|
152,4
|
2538
|
2472
|
No comments:
Post a Comment